Nuffnang ads

Sunday, November 3, 2013

I Love You Forever

Siang yang begitu melelahkan, hari ini keluargaku sibuk menata rumah dan mempersiapkan makan siang. Aku Putri anak ke-dua dari mama papa, aku punya kakak cowok yang super nyebelin, namanya kak Erik. Semua anggota keluarga sibuk dengan pekerjaanya masing-masing. Aku sendiri sedang membersihkan debu-debu dengan kemoceng. “uhuk..uhuk..” aku batuk-batuk setelah debu itu masuk kehidungku. “yee.. kenapa lo? Bengek?.” Kak Erik meledekku. “apaan sih kak? Aku itu alergi debu tau!” “alergi??? Yaiyalah kalo debu masuk kehidung pasti batuk .” “itu tau..ahh kak Erik nih.” Akupun memukul punggung kak Erik dengan kemoceng. Kami pun terlihat bercanda saat bersih-bersih. “eh..eh.. kalian itu apaan sih. Udah jangan bercanda ah. Gak ada waktu lagi ini.” Mama tiba-tiba datang. “iya mah iya..” kataku nurut. Setelah semua beres, aku pun langsung bertanya dengan mama. “ma, emang ada apa sih? Kok kita beres-beres rumahnya mendadak.” “nanti itu ada tamu sayang.” Jawab mama. “memangnya tamu itu spesial ya mah..” tanyaku lagi. “hm.. spesial gak ya..” papa tiba-tiba menyahut dari belakang. “ih.. papa, aku serius nih” gerutu aku. “sudah kamu ganti pakaian gih sekarang, habis itu langsung turun ya.” Perintah mama. “iya mah.” Tanpa membantah perintah mama, Aku langsung naik keatas, untuk ganti pakaian. Setelah aku ganti pakaian aku langsung turun, aku mengenakan atasan putih trendy masa kini yang lebih casual dengan celana jeans hitam tanggung yang biasa kupakai. Dan nampaknya tamu itu telah datang. Aku pun segera menyapa tamu itu. Mama dan papa pun menyuruh aku untuk segera menyantap makan siang bersama tamu itu. Aku memerhatikan satu per satu tamunya, nampaknya satu keluarga. “selamat menikmati makan siang ini, semoga aja suka.” Mama berkata setelah semua siap untuk menyantapnya. “sebelumnya, kenalin dulu.. mereka ini anakku.” Mama tersenyum ramah kepada tante Murni dan om Andi juga anaknya, mereka semua adalah tamu hari ini. “kenalin tante aku Erik, ini adikku, Putri.” Kak Erik langsung bersalaman kepada mereka, disusul aku. “ohh.. cantik dan tampan ya. Tante juga mau kenalin, ini anak tante, Rizal ayo salaman!” tante Murni menyuruhnya. “Om , tante, saya Rizal.” Rizal pun bersalaman dengan mama, papa, aku dan kak Erik. Perkenalan pun usai, makan siang pun telah disantap. Kini saatnya mereka untuk mengobrol dan berbincang-bincang di halaman belakang. Aku pun pergi dari tempat itu, lalu aku keluar, bergegas kedepan teras. Gimana mau betah? Orang yang dibicarain juga masalah pertemuan yang udah lamaaa bangettt mereka tak berjumpa, apalagi waktu itu aku masih belum ada. Sesaat setelah aku keluar, rasanya aku ingin ke kamar mandi. Lalu aku masuk kedalam rumah. Tapiiii... ‘brakk...’ “aww.. ahhh!!!” aku ditabrak Rizal yang sedang membawa minuman soda berwarna merah. Sehingga minuman itu tumpah dibajuku yang berwarna putih. “ups! Maaf..maaf.. gak sengaja.” Rizalpun segera membersihkan bajuku dengan tisu. “ahh.. apaan sih?” aku melepaskan tangannya yg sedang mengelap bajuku. “udah terlanjur.. gak bisa bersih lagi lah. Lagian lo baru disini juga udah buat ulah. Aneh-aneh aja lo!” akupun langsung naik keatas dan pergi meninggalkan Rizal yang masih ada di depan ruang tamu. Setelah kejadian itu, aku gak keluar-keluar dari kamar. Tetapi, mama memanggilku. Mau nggak mau aku harus turun kebawah. Dengan perasaan kesal aku turun tangga namun dengan wajah tersenyum. Walau senyumku palsu! “sini dong sayang.. kamu kenapa sih dari tadi diatas mulu. Ada tamu juga. sekarang mereka udh mau pulang.” Ucap mama yang menghampiriku. lalu aku berjabat tangan dengan om dan tante, tapi tidak dengan Rizal. Memang, aku masih bete sama dia. Setelah 2 hari kejadian itu berlangsung.. Aku pulang sekolah... “assalamualaikum.. mamaa” ucap aku yg tiba-tiba membuka pintu dan tak kusangka ada tante Murni dan Rizaall!!! Appaaa?? Owhh tidak!! Ketemu cowok yang super nyebelin dengan gayanya yang sok sok-an itu. aku pun langsung bersalaman dengan tante Murni. Lalu aku segera naik keatas untuk ganti baju. Tanpa bersalam sapa dengan Rizal, anak tante Murni. Setelah beberapa saat, aku turun. Dan aku melihat tidak ada siapa-siapa di ruang tamu. Memangnya pada kemana ya tamunya? Tanyaku dalam hati. Tak berpikir lama aku segera ke depan teras, namun yang kulihat hanyalah Rizal yang sedang duduk didepan teras. Aku tak menghiraukannya, lalu aku segera berlalu dari tempat itu, namun baru berbelok arah sedikit Rizal memanggilku. “Putri.. tunggu!!” panggil Rizal yang mengetahui kehadiranku. “apa lagi?” dengan tampang jutek aku melirik ke arah dia yang sedang berdiri dari tempat duduknya. “oh iya kejadian yang kemaren, gue minta maaf ya” . aku mendengus kesal, si Rizal masih aja inget kejadian itu. Tau nggak sih? Gue kesel itu karna baju putih kesayangan gue yang baru beli jadi kotor dan gak bisa dipake lagi. Huh padahal itu baju model trendy masa kini. “maafin gue ya” ucap Rizal lagi. Aku diam. Tapi aku tak bisa apa-apa untuk melawan. “huh yaudah iya.” Ucapku dengan nada jengkel. “maafnya nggak ikhlas nih!” sahut Rizal. “ehh kata siapa gue ikh..ikhlaas kok.” Ucap aku sedikit gagap. “dari nadanya aja ketauan.” Lirik Rizal dengan gayanya yang sok meyakinkan. Emang nyebelin yah tuh anak. Tau aja kalau gue masih belum ikhlas. Tapi, buat apa ya gue terusin. Harusnya gue gak boleh begini, gue harus ikhlas dong. Aku pun melirik dia dengan ucapanku yang meyakinkan. “oke.. gue ikhlas. Udah lupain aja kejadian itu.” Jawab aku tenang. “serius. Kalau perlu gue ganti deh baju lo” Ucap rizal yang sekarang ada dihadapanku. “ngg..nggak usah.” Aku menolaknya. “yakin?” “iya yakin” “kalau gitu senyum dulu dong.” Pinta Rizal sambil tertawa. “ih.. apaan sih. Nih gue senyum. Puaasss??” jawab aku sambil menunjukan senyumanku. “nah.. gitu kan jadi manis.” Ledek Rizal. Akupun hanya tertawa mendengar ledekan Rizal itu. Dia bisa bikin gue tersenyum. Tapi aku tak memikirkan hal itu. Kini hubungan aku dan Rizal berjalan biasa saja. Sesaat kejadian itu, aku yang baru keluar mengambil minuman, melihat Rizal sedang memainkan gitar. Hmm.. ternyata ia pandai juga memainkannya. Siswa SMA kelas 2 tersebut dengan lembut memainkan gitar dan suaranya pun tak kalah dengan musisi papan atas Indonesia. “kenapa lo nggak jadi penyanyi aja?” tiba-tiba aku datang membawa 2 cangkir minuman ke ruang tamu. “hm.. gue udah bikin band kecil-kecilan kok, tapi gue masih sibuk sekolah.” Jawab Rizal. “oohh.. bagus.” Aku mengangguk tersenyum. “lo mau gue nyanyiin lagu apa?” Rizal menawarkan aku. “eh.. boleh? Hm.. kalau gitu apa aja deh.” Rizal pun memainkan gitar dan menyanyikan sebuah lagu. Tapi kenapa lagu itu romantis ya kedengarannya. Aku hanya tersenyum. Tapi apa arti senyumku ini? Apakah senang? Bahagia? Atau bangga? Aku nggak tau kenapa tiba-tiba aku jadi respect kalau dekat Rizal. Beberapa bulan kemudian... Aku merasa kesepian, apa karna ini aku sedang menjomblo ya? Mungkin sih? Tapi aku bahagia. Aku masih membayangkan sosok Rizal yang ternyata tidak seburuk yang aku kira. Aku begitu menyesal waktu itu pernah membencinya. Kini aku begitu merindunya. Hah? Perasaan apa ini? Tiba-tiba datang menghampiriku. Pertemuan dengannya waktu itu membuat aku terus memikirkannya. Tiba-tiba...... ‘tok-tok-tok....’ suara pintu membuyarkan lamunanku. Aku terhenyak, lalu aku bangkit membuka pintu. ‘ckrreeekk’... “Rizal!!!!” aku kaget. “Putri.. apa kabar?” Rizal datang kerumah dengan membawa gitar yang sedang dipegangnya. “g..gue baik. lo kesini sendiri?” tanya aku. “iya gue sendiri.” “hm.. kalau gitu masuk aja.” Ajak aku. Aku dan Rizal pun masuk, lalu pergi ke halaman belakang. Aku membawakannya minuman, lalu aku duduk. Ia pun sedang asik memainkan gitarnya. Lalu kami berbincang-bincang. “hmm.. ada apa lo kesini? Tumbennya ?” ucapku memulai perbincangan. “gak tau. gue bete aja dirumah. Jadi gue kesini.” Jawab Rizal tenang. “haha emangnya ada apa sama rumah gue? Emang bisa bikin bete lo ilang apa?” ledek aku. “hahaha gak tau yaa kenapa?” Rizal pun tertawa. “oh ya tapi gue kesini punya alasan lho!” lanjut Rizal. “alasan apa?” tanyaku penasaran. “karna gue mau kasih sesuatu ke lo.” Tiba-tiba Rizal berubah menjadi lebih lembut. “apa itu?” tanyaku lagi makin penasaran. “gue mau persembahkan lagu ini ke lo.” Lalu Rizal menyanyikan lagu dengan lantunan gitar dan dengan nada yang romantis.. lalu Rizal berkata... “Putri... gue suka sama lo. Mau nggak kamu jadi pacar aku?” ‘ DERRRRR!!!!’ bagaikan suara tembakan yang menggelegar ditelingaku. A..a..akuu.. terharu. Akupun tak menyangka bila Rizal akan berkata seperti itu. Jujur, aku senang mendengarnya. Namun aku belum siap untuk menjawabnya. “maaf.. mungkin bagimu ini mendadak. Tapi aku telah memutuskan semua ini lama. Aku mulai merasa sangat nyaman bila berada didekatmu. Namun apakah salah aku berkata seprti ini kekamu?” tiba-tiba Rizal berkata dengan lembutnya, bahkan dia mengucapkan kata aku dan kamu. Romantis,.. “tapi..?” “tapi apa?, jawab yaa, mau nggak kamu jadi pacar aku?” aduuhh.. gimana yaa? Gimana nii? Aku bingung? Bagiku ini sih terlalu cepat. Tapi... aku gak mau nyia-nyiain kesempatan ini. Lagipula, kan aku lagi jomblo. Dan aku merasa kesepian. Siapa tau aja dia bisa menghibur aku. Apa aku terima aja ya? Aku coba terima deh... “aa..a..aku aku mau” akupun menjawabnya, dan tiba-tiba Rizal meraih tanganku dan menggenggamnya dengan erat. Aku hanya tersenyum. Kini rasa bahagia menyelimuti hatiku, aku bagaikan tertiup angin semilir yang membawa cinta diudara. Badanku gemetar, hatiku tak sanggup menahan kuasa cintanya. Ternyata, aku mulai membayangkan sosok yang ada dihadapanku ini. Kini aku akan melewati hari-hariku dengannya. Jantung ini tak berhenti berdegup kencang. Menandakan bahwa cintaku ada didekat sini. Rasa itu?? Tak akan pernah berhenti hingga ku lewati hari-hariku terus bersamanya. Semakin hari.. semakin sayang.., makin berganti bulan , makin mesra pula. Aku yang akan duduk di bangku SMA kelas 1, menyambut hari bahagianya Rizal yang kini telah lulus SMA dan sudah mulai kuliah. Aku merasa senang. Meskipun beda usia. Bukan berarti cinta kita berbeda. Aku menyayanginya begitu tulus. Sehingga, tak kusangka aku sudah melewati 2 tahun lamanya kita berpacaran. Aku dan Rizal pun tak menyangka. Kita yang slalu jarang bertemu. Karna Rizal, sosok yang tengah sibuk akan bandnya. Kuliahnya kini, dan sering pulang-pergi keluar kota karna kontrak tertentu. Walau aku menjalani cinta long distance relation-ship ,aku tetap bahagia. Sampai sekarang hubungan kita baik-baik aja. Sampai pada waktunya cinta kita dipertemukan pada akhir desember. “aku bete..! eh Rizal lagi ada di TL nih!” aku yang bete didalam kamar, membuka handphone dan mengecek twitter, melihat ada Rizal yang lagi on twiit sekarang. Wajahku pun berseri-seri. “tapi ini siapa yah? Kok ada akun cewek lain yg berinteraksi sama dia.” Aku bertanya dalam hati. Tapi aku tak mempermasalahkan itu. Ya, aku sedang senang, karna hari ini Rizal ada di Jakarta. Akupun ingin memberi surprise ke dia. Tak berpikir panjang aku segera ganti baju dan berangkat kerumahnya dengan diantar supir pribadiku. Sepanjang perjalanan, aku mulai berfikir. Mengapa Rizal tak mengabariku kalau dia ada di Jakarta sekarang. Tapi kenapa dia malah update status di twitter, dan mentionan sama orang lain. Bahkan itu adalah cewek lain. Aku mulai curiga, tapi dalam hati kecilku aku harus berfikir positif. Sesampainya didepan gerbang rumah Rizal. Aku masuk dan megetuk pintu rumah Rizal. “Putrii??!!” sapa tante Murni, setelah membukakan pintu itu. “iya tante, saya kesini mau cari Rizal tan, Rizalnya ada?” tanya aku langsung tanpa basa-basi. “Rizalnya baru aja pergi. Memangnya ada apa?” “eng.enggak kok tan. Cuma pengen ketemu aja. Hm.. Rizalnya pergi kemana ya tan, kalo boleh tau?” “Rizal sih biasanya pergi ke studionya.” Jelas tante Murni. “yaudah deh, oh ya nih tan ada kue buatan mama. Silahkan dicoba ya tante.” Aku memberikan sekotak kue untuk tante Murni, yang aku persiapkan sebelum berangkat. “makasih ya Putri, pasti ini enak.” “sama-sama tante, aku pergi dulu ya.” Akupun langsung pamit. Lalu segera pergi ke studio dimana Rizal berada. Sesampainya aku disana, aku langsung memasuki ruangan yang ada dalam studio itu. Rasanya nyaman. Ruangannya pun sepi. Tapi inikan baru dilantai bawah. Aku segera naik keatas dilantai 2 biasa Rizal dkk berlatih vokal dan musik. Suara alunan musik pop sudah terdengar, menandakan memang ada yang berlatih disitu. Tak kelak suara Rizal yang mengalir melankholis. Aku semakin bersemangat menaiki tangga demi tangga. Ketika sampai akupun disambut oleh kawan-kawan Rizal yang sedang berlatih, ada Ando di drum, Madi di gitar 1, Raka di gitar 2, dan Indra di bass. Mereka sangat senang dengan kehadiranku ini. Apalagi Rizal yang langsung menyambutku dengan sebuah pelukan. Rasanya bahagia banget... tapiii?? Ketika berada didalam pelukan Rizal aku melihat seseorang yang duduk disudut sofa. Cantik. Siapakah dia? Aku mulai penasaran. Segera kulepas pelukan Rizal. Dan menatapnya. “Rizal, itu siapa?” tanyakku dengan lembut. “ohh ini.. kenalin dia partner kerjaku, Vika.” Tunjuk Rizal dengan senyuman ramah pada Vika. Vika? Tunggu tunggu? Kayaknya pernah kukenal namanya. Dimana ya? Oh? Hampir aja lupa? Kini aku ingat. Dia Vika. Yang sempat aku lihat namanya terpampang di TimeLine. Tapi... “ayo kenalan!!” ajak Rizal yang menggandengku kearah Vika. “hey kenalin, aku Vika.” Ujar cewek itu yang segera beranjak dari sofanya, dan ternyata selain dia cantik, dia juga tinggi... aku pun merasa terlihat pendek. Ya, maklum aku kan masih dalam masa-masa pertumbuhan anak SMA. Wajar aja kalau tinggi tubuhkan tak kurang dari 160 cm. “aku Putri.” Akupun menerima jabat tangannya dengan senyuman yang penuh tanda tanya. Mengapa tanda tanya? Karna aku masih penasaran hubungan Vika dengan Rizal. Mengapa dia berdua nongol di TL? Seberapa sibuknya Rizal sampai sempat membalas tweet Vika dibanding aku yang juga udah berkali-kali menanyakan kabarnya lewat twitter. Satupun belum ada yang dia balas. Tapi.. aku masih penasaran apasih yang dia bicarain di TL. Akupun segera menyandarkan tubuhku ke sofa. Rizal yang sedari tadi memperhatikan tingkahku hanya tersenyum jahil kepadaku. Akupun sedikit meliriknya. Tetapi tidak menghiraukannya. Merekapun akhirnya melanjutkan latihannya. Lalu akupun sibuk dengan urusanku sendiri. Kuraih handphone-ku yang berada dalam saku. Kubuka twitter, lalu...???!!! apa??!! Apa yang aku lihat barusan. Tidak mungkin seorang partner ada hubungan spesial seperti ini. Kulirik Rizal dan Vika bergantian, namun sesaat aku menengok kearah Vika, ada tatapan yang begitu mendalam ke Rizal. Kenapa dia menatap seperti itu? Apa jangan-jangan dia suka? Kulihat lagi Rizal yang masih fokus pada vokalnya itu. Lalu kupalingkan padanganku pada layar yang terpampang pada twitterku kali ini. iyaa sama2 Vika Sayang {} RT @Vika21 oke makasih ya Rizal kece ;;) RT @Rizal_pradana sip ditunggu ya hari ini ;) Aku terdiam. Wajahku tak bergerak, bola mataku hanya fokus pada layar kecil yang ada ditanganku. Aku memperhatikan kata demi kata. Mengapa Rizal bisa bilang sayang ke orang lain selain aku. Aku menatap Rizal dalam. Bingung. Hanya itu yang aku lihat dari kejauhan. Rizal yang masih terlihat fokus pada latihannya sama sekali tidak melihat kearahku. Tapi tak apa. Sehingga dia tidak melihatku yang nampak curiga. Aku juga tidak ingin seperti ini. Tapi... “Rizal aku pulang dulu ya..!” kuraih tas kecilku dan beranjak dari sofa lalu berjalan menuju tangga yang membawaku turun dari lantai 2. “Putri!! Tunggu!!” Rizal pun memanggil-manggil namaku tapi aku tak menghiraukannya. Kulihat dia sedang berlari mengejarku yang sudah turun ke lantai bawah. Aku terus berjalan cepat, ketika aku ingin membuka pintu keluar. Rizal langsung meraih tanganku, dan menarikku kedalam. “Putri kamu kenapa sayang? Kenapa tiba-tiba kamu pergi, ada apa?” Rizal menatapku heran. Aku bingung. Entah harus apa yang aku katakan. “aa-a-aku.. aku gak kenapa-napa, aku Cuma pengen pulang aja.” Aku tergagap, karna bingung harus jawab apa. “kamu yakin gak kenapa-napa. Aku lihat muka kamu tiba-tiba beda sayang. Kamu kenapa?” tanya Rizal lagi yang masih belum percaya. “aku.. aku mau pulang!” aku menaikan alis dan sedikit keras mengeluarkan suara. “yaudah aku antar yaa..” Rizal langsung memeluk aku, dia mengelus bahuku. Aku hanya diam dalam pelukan. Aku nggak sanggup. Aku nggak sanggup bila harus kehilangan Rizal. Rizal begitu sayang sama aku. Nggak mungkin kalau dia mengkhianati aku. Aku harus positif thingking. Karna siapa tau, analisa aku salah. “nggak usah. Aku bisa pulang sendiri. Lagipula, kamu belum selesai kan latihannya?” aku melepaskan pelukan Rizal dan menatapnya. “aku bisa lanjutin nanti kok latihannya. Yang penting aku mau antar kamu pulang dulu.” Ujar Rizal seraya membelai pipi mulusku. Dia menatapku begitu dalam. Aku bisa merasakannya. Saat ini aku bisa mendengar detak jantungnya untukku. Kutatap dia penuh cahaya. Aku bisa meraih lehernya, sekarang dia begitu dekat denganku. Sebuah jarak bisa diukur dengan jari. Aku memejamkan mata, kurasakan denyut jantungku terasa lebih cepat. Bibirku mulai gemetar, bisa kurasakan ada yang ingin menyentuhku saat ini. Kunikmati itu semua. Namun, kurasa cukup lama. Aku tak mau mengganggunya latihan, pikirku. “yaudah, yuk pulang!” ucapku setelah melewati masa berciumanku tadi. Rizal mengangguk senang. Dia tersenyum. Manis sekali. Kusejajari langkahku bersama pacarku ini. Aku menggandengnya selama di perjalanan menuju parkiran. Tak hayal, canda tawa kita lalui sama-sama. Kagum. Dia begitu ceria. Sehingga, semuanya berlalu begitu cepat. “nggak nyangka, udah nyampe rumah aja” ucapku dalam canda setelah sampai didepan gerbang rumahku. “hahaha.. bilang aja kamu masih pengen sama aku, ya kan?” ledek Rizal sambil menarik hidungku yang gak terlalu mancung, tapi gak pesek. “udah ah, sakit tau.” “apa kamu masih mau aku temenin seharian ini, kan kita udah 2 bulan gak ketemu.” Sahut Rizal. Serius nampaknya. “aku... hm... tapi gimana dengan latihanmu? Kasihan anak-anak pasti nunggu kamu disana.” Tak kalah seriusnya dengan Rizal. “yee.. itu tau. Berarti kamu ngerti ya, kamu emang pacarku yang paliinngg ngertiin aku deh.” Ledek Rizal yang tiba-tiba berubah jadi nggak serius lagi. Dengan tampang yang nyebelin, sambil mencolek daguku yang hampir aja bikin aku kaget. “oohh.. ternyata kamu gituu yaa.. yaudah deh sana-sana gih latihan.” Ucapku pura-pura marah, lalu keluar dari mobil dan menutupnya agak keras. Sepertinya Rizal kaget, hehehe. Dengan muka yang masih ditekuk aku melangkahkan kaki menuju pintu. Tapi tanganku seketika ditarik dari belakang. Aku menoleh. Tak lain adalah Rizal. Dia masih belum pergi. “apa lagii??? Bukannya sekarang harus latihan ya.” Ujarku jengkel. “tapi aku masih kangen sama kamu, apalagi kalau kamu lagi cemberut, makin manis dilihat.” “apa kamu bilang?? Uhh,,” aku menggertak rahangku, membuat Rizal agak mundur. “udah udah.. kamu jangan marah dong sayang. Maaf ya aku bikin kamu jengkel terus.” “yaudah sana. Aku mau masuk dulu.” Aku membalikan tubuhku kearah pintu. “tunggu sayang, ada yang ketiggalan?” “apa?” setelah aku menoleh, tiba-tiba kecupan mendarat tepat dikeningku. Aku tersipu malu. Disaat saat seperti ini, Rizal masih aja ya ngelakuin ini. Dimana udah 2 bulan lebih aku nggak mendapatkan kecupan seperti yang biasa dilakukan Rizal. “aku sayang kamu. Jangan lupa nanti kamu aku telfon ya.. aku ingin denger suara kamu yang cempreng itu. Aku tunggu ya sayang.” Ucap Rizal lembut seraya membelai rambutku yang lurus sebahu. “iya sayang, pasti.” Aku tersenyum bahagia. Bahagia sekali. “oh ya, aku tahu kenapa kamu tadi buru-buru minta pulang.” Tanya Rizal tiba-tiba. “kenapa?” “pasti kamu cemburu ya lihat Vika tadi.” “e..enggak kok. Apa sih yang aku cemburuin. Lagi dia bukan siapa-siapa kamu kan?” “jelas bukan lah, dia Cuma partner kerja aku sekarang. Tapi sebelumnyaa....” “sebelumnya apa?” tanyaku jadi penasaran. “sebelumnya dia sempet jadi teman dekatku beberapa tahun lalu. Tapi kan sekarang aku udah jadi milik kamu, nggak mungkin dong aku berpaling ke dia. Walaupun dia kelihatannya masih suka sama aku.” Rizal menjelaskan. Aku hanya diam. Terpaku. “ja..jadi dia suka sama kamu.?” “iyaa.. tapi itu dulu sayang, sekarang gak tau deh yang sebenarnya. Udah kamu jangan dipikirin lagi ya” “tapi..tapi tadi kenapa kamu bilang sayang sama dia di akun twitter?” “ohh.. itu. Ehh gapapa kok, Cuma mau ngasih penghargaan aja sama dia. Dia udah mau bantuin aku nyusun jadwal manggung aku yang bentrok, terus dia juga yang atur latihan kita. Udah itu aja kok sayang, kamu cemburu yaa...” jelas Rizal sambil meledekku. “eng..enggak kok, awas yaa kalau kamu ada apa-apa sama dia.” “tuh kann.. ketahuan nih kalau cemburu. Gapapa kok sayang, cemburu itu tanda cinta.” “iya deh sayang iya, iyaa cembuuru sama kamu, karna aku sayang dan cintaaa sama kamu. Udahkan sayang puass??!” aku mendelik kesal. Walau hanya pura-pura. Dalam hati aku tersenyum bahagia. “haha.. kamu nih slalu bikin aku tertawa, yaudah aku balik dulu ke studio ya? Nanti aku telfon kamu. Bye sayang, jangan lupa makan ya?!” ucap Rizal seraya jalan menuju ke gerbang. “oke.. kamu hati-hati ya sayang” tak kalah aku juga memberi perhatian pada Rizal. “siipp. I Love You.” “I Love You too” Betapa bahagianya aku saat ini. Sempat aku berpikiran yang aneh-aneh terhadap Rizal. Aku mengira dia mengkhianati aku. Aku hanya menggeleng-gelengkan kepala ketika berpikiran seperti itu. Wajar aja, karna aku sangat sayang sama kamu. Aku merebahkan tubuhku diatas ranjang, ketika sudah sampai dikamar. Mengambil pigura yang terletak di meja, tak jauh dari ranjangku. Aku membayangkan sosok itu. Rizal yang aku sayangi saat ini. Sampai kapanpun. Dia selalu membuatku bahagia. Kupeluk pigura bersama sosok itu dalam dekapan. Kupejamkan mataku, kubayangkan lagi masa-masa terindah dalam hidupku. Berwarna, ketika bersama dia. Intinya, kita berkomitmen saling menjaga perasaan masing-masing. Membuat hubungan ini akan selamanya berjalan. Menuai asa cinta yang sesungguhnya. Melayang jauh aku kemasa-masa yang akan datang. Hanya satu, aku hanya ingin bersamanya nanti. Menjadi yang terbaik, untuk hidupnya dan untuk hidupku. Tuhan.. jaga cintaku ini. Jangan sampai pergi, karna aku hanya mencintai ciptaanmu yang satu ini. Sungguh aku sangat menyayanginya. Hening. Akupun terlelap dalam angan, dan bayangan.

Cinta Sampai Syurga

Dia duduk menghadap laptop di hadapannya. Langsung tidak menghiraukan si dia yang tengah menonton televisyen – ceramah bersama Dato Masyitah. Siaran OASIS astro itu telah pun bertukar kepada Indahnya Iman yang bermaksud akan masuk waktu ...solat. Tiba-tiba, si dia bangun dan memandang dia yang tengah khusyuk membelek laptop di hadapan. “abang, maghrib dah nak masuk. Kita jemaah ya.” Si dia yang duduk di hadapan laptop itu senyap. Tersentak sebenarnya. Mana pernah solat. Nak jadi imam? Huh,lawak antarabangsa betul. Macam mana dia boleh kahwin dengan ustazah ini pun tak tahu lah. Salah abahlah ni, pandai-pandai nak tentukan jodoh orang. Cari yang stok tudung labuh pulak tu. Okay,salah aku juga sebab pergi teguk kencing syaitan tu sapa suruh. Okay,salah aku lagi, angkut entah mana-mana perempuan untuk hiburan. Okay,salah lagi sebab selalu je aku balik lepas subuh sebab pergi kelab dan balik mabuk. Okay, salah aku lagi, duit syarikat abah habis aku joli kan. Banyaknya salah aku. Jadinya,abah kahwinkan aku dengan Siti Syahirah binti Hj. Amran ni. Bukan itu je, abah hantar aku dengan dia duduk dekat Kepala Batas, Pulau Pinang ni. Itu okay lagi, abah ambil kereta sport aku – dan aku kena guna kereta isteri aku ni. Abah suruh aku uruskan syarikat dia dekat ceruk ni. Nak enjoy pun tak boleh, sebab ini Pulau Pinang bukan Kuala Lumpur. Enjoylah aku dengan laptop ni. Baru sehari duduk rumah ni, aku dah nak gila. Belum seminggu lagi. Kalau sebulan? Huh. “abang dengar tak?”. Macam cakap dengan laptop tu je. “hm,saya sembahyang dekat surau.” Ek, macam mana ayat tu keluar. Huh,surau pun aku tak tahu dekat mana. Nak lari dari jadi imam sebenarnya. “saya ikut. Jap saya siap.” Si isteri telah pun hilang di pandangan mata. Aiman tersentak. Aduh,dia nak ikut pulak. Laptop di matikan. Dia duduk di sofa sementara menanti si isteri bersiap. Fikiran ligat memikir dekat mana surau.? “abang, dah siap.” Aiman memandang isterinya yang lengkap bertudung labuh saiz 60 dengan t-shirt muslimah dan seluar track-suit. Cantik! “abang..?” Aiman tersedar. “jom.” Kunci kereta di atas meja di capai. “saya bawa kereta awak, tak kisah?” tanya Aiman ragu-ragu. Syahirah senyum. “harta saya harta abang juga.” Aiman hanya mengangguk. Dalam kereta – hanya dengar radio – hot fm refleksi. Aiman dah tak tentu arah. Syahirah yang dari tadi perhatikan itu macam nak ketawa . Rasanya asyik ulang-ulang je jalan ni. “abang,surau belok kiri tu.” Aiman hanya diam. Malu. Kereta di belokkan pada arah yang diberitahu isterinya. Mereka telah pun tiba di hadapan surau As-Syakirin. Aiman masih tidak mematikan enjin. Syahirah pun tidak keluar lagi dari kereta. Aiman melihat dirinya yang hanya ber-t-shirt dan seluar track-suit. Aduh,mana bawak kopiah ke? Songkok ke? “err,Ira..” Syahirah menoleh. Mana ada orang pernah panggil dia Ira. Pertama kali dengar. “ya?” “okay ke saya pakai macam ni? mana tahu kene halau ke nanti?” Syahirah senyum. “jangan risau yang menilai itu Allah bukan manusia. Kalau niat kita kerana-NYA,insyaAllah. Pakaian abang ni dah okay dah ni.” Aiman terdiam. Tak pernah sebelum ini dia bercakap dengan orang masuk bab-bab agama. “jom.” Ajak Syahirah. “hmm.” Enjin kereta di matikan. Malam itu Aiman duduk di ruang tamu menonton televisyen. Teringat tadi imam itu bagi ceramah tentang solat. “solat itu tiang agama, kalau tak solat umpama kita meruntuhkan agama.” Teringat diari isterinya yang dia jumpa tadi. Ter-baca. “saya nak suami yang soleh! Ya Allah makbulkan doa hamba.” Aku tak adalah baik sangat. Kenapalah kau kahwin dengan aku. Kesian kau dapat aku jadi suami. Aku jahil agama! aku dah jauh terpesong! Seperti ada suara yang datang dalam fikirannya ‘tapi kau boleh berubah. Allah Maha Pengampun.!’ Televisyen di hadapannya itu di pandang kosong. Berubah? Teringat juga dia amaran abang iparnya. “aku bagi amaran dekat kau, jangan sesekali berani angkat tangan kau ni dekat adik aku, lagi, jangan pernah kau buat dia menangis.” Aiman hanya mendengar amaran keras Shahir sewaktu mereka berduaan di dalam kereta sebelum ke rumah mertuanya. “..ingat! aku dapat tahu hidup adik aku sengsara, hidup kau jugak sengsara! Jangan kau buat perangai buruk kau tu . aku dapat tahu. Aku terus pergi Kepala Batas tu. Kau faham tak?” Aiman hanya mengangguk. Huh,garang! Syahirah memandang suaminya yang duduk di sofa itu. Dia senyum. Dia ke belakang Aiman dan menutup mata Aiman dengan tangannya. “cuba teka ini siapa?” kata Syahirah dengan suara yang di buat-buat macam suara lelaki. Aiman yang tengah berfikir itu terkejut tiba-tiba pandangannya gelap. Lama. Senyumnya terukir apabila mendengar suara Syahirah. “hmmm, Tom Cruise..” main-main Aiman. “salah! Tom Cruise tak reti cakap melayu!” Aiman ketawa. “hm,Hj. Amran.” Syahirah pula ketawa. “salah! Hj.Amran dekat Johor.” “ha! Tahu..tahu..Syah!” Syahirah kerut dahi. “Syah mana?” “Syahirah.” Aiman menarik tangan isterinya agar duduk di sebelahnya. Cepat sungguh si Syahirah ni mesra. Ingat kan stok yang pendiam. Terkejut juga tiba-tiba si isteri ini nak beramah mesra tapi saudara-mara dia ada kata yang Syahirah ini jenis yang ceria dan dia pula jenis yang boleh je ‘masuk’. “abang buat apa?” “tak ada apa-apa. Saya nak tanya awaklah..” “tanya apa?” “er..kenapa awak terima lamaran abah untuk kahwin dengan saya?” “sebab Allah.” Aiman diam sebentar. “tak faham.” “saya buat solat istiharah. Minta petunjuk dari-Nya.” Aiman senyap. Rasanya tak ada apa yang hendak di katakan lagi. Sebak tiba-tiba. Seminggu berlalu…. “Abang,saya tak reti masak” kata Syahirah yang tengah bercekak pinggang di dapur itu. Terkejut juga Aiman.Nak makan apa kalau isterinya ini tak reti masak – hari-hari makan kedai bankruplah. Dah lah abah tak bagi duit banyak. Nak berkata sesuatu tetapi tak terluah sebab teringat ayat dalam diari isterinya. “lelaki bising perempuan tak reti masak! Habis, kalau lelaki tak reti jadi imam itu!” Walaupun ayat itu di tulis dalam diari dan bertarikh sebelum mereka bernikah lagi tetapi amat terkesan dalam hati Aiman. “macam mana ni abang?” kata Syahirah sayu. Aiman menggaru kepala. Tak tahu nak jawab apa. “tak apalah, lepas ni kita sama-sama belajar masak.” “maaf ya abang..” Aiman senyum. “tak apa.” Aiman keluar dari dapur. Syahirah rasa bersalah. Itulah! Umi selalu suruh masuk dapur belajar masak. Buat malu je. Sedang Syahirah berfikir di bar dapur itu Aiman masuk dengan membawa laptop. “abang nak buat apa bawa laptop ke dapur?” “belajar masak guna internet.” Aiman senyum dan mengangkat kening. Syahirah senyum. “huish masin.” Komen Syahirah. Aiman mengambil gulai di hadapan isterinya itu. “abangkan yang masak ni.” Kata Syahirah lagi. Aiman rasa dan ketawa. “okay lah ni. ha,awak punya sayur campur ni tawar! Tak rasa apa-apa..” komen Aiman pula. “okay apa..” “is okay. Gulai itu banyak garam, sayur awak tak rasa apa-apa. Campur je semua. Gulai sayur.” “boleh ke macam itu?” “boleh je.” “okay..” “dah makan cepat. Nanti tak sempat nak siap pergi surau.” Aiman langsung tak sedar apa yang dia cakap. Ajak orang pergi surau? Ajak isterinya? Huh,sejak bila jadi geng surau ni. Syahirah senyum. Dah ada perubahanlah abah ! “ustaz.” Panggil Aiman pada insan yang baru selesai mengimami solat Maghrib itu. Ustaz itu menoleh. “ya?” “saya nak…” “nak apa?” Aiman malu untuk berkata. Tapi sedaya upaya dia cuba luahkan. “anak nak apa?” “saya nak belajar agama.” Terluah juga. Ustaz itu senyum. “mari.” Selesai solat Isyak tadi Syahirah terus keluar dari surau. Lama dia menunggu Aiman di kereta. Senyum terukir apabila melihat Aiman menghampiri bersama seorang lelaki separuh umur. “ustaz kenalkan isteri saya.” Aiman kenalkan Syahirah pada lelaki itu. Syahirah hanya senyum dan mengangguk. “baguslah. Muda-muda kahwin sama-sama pergi surau.” Aiman sentak. Walau apapun senyum paksa di beri. “Alhamdulillah ustaz, Allah beri suami yang soleh macam Aiman ni.” kata-kata Syahirah membuatkan Aiman terdiam. “Alhamdulillah, semoga kalian berbahagia hingga ke syurga.” “terima kasih ustaz.” Aiman bersuara. Ustaz itu menepuk bahu Aiman. “baiklah, saya balik dulu. Assalammualaikum.” “waalaikumsalam.” Jawab Syahirah dan Aiman serentak. Aiman duduk di birai katil dengan mata memandang Syahirah yang tengah mengemas bajunya ke dalam bagasi. “lamanya abang pergi..” Aiman tersedar. “hmm,seminggu je.” Ya,dia kata dengan Syahirah ada urusan kerja sebenarnya dia mahu ke pondok agama untuk belajar agama dengan ustaz yang dia jumpa sewaktu di surau kelmarin. Rasanya dia perlu berubah. Sampai bila dia nak mengelak untuk menjadi imam dalam keluarganya. Sampai bila dia nak terus jahil. Sampai bila dia nak membiarkan isterinya keseorangan tanpa bimbingan seorang suami. Sampai bila dia nak terus hipoktrik mengikut Syahirah ke surau tetapi tak tahu apa-apa. Sudah tiba waktunya dia berubah.! “seminggu tu lama tauu..” lirih Syahirah. “pejam celik- pejam celik sekejap je tu..” “kalau pejam tak celik- celik?” tersentak Aiman apabila mendengar ucapan isterinya itu. Sudah, rasa berat pula dia nak tinggalkan si Syahirah ni. Aiman memandang Syahirah. “apa awak cakap ni..” lembut dan ada nada risau di situ. Syahirah ketawa halus. “gurau je lah. Abang ni cepat betul sentap.” Aiman diam. “tak yah lah kemas beriya-iya. Nanti yang lain saya kemas.” Isterinya tarik muncung. “tak mau lah, nanti kurang pahala.” Sudah dua hari Aiman di pondok agama itu. Memang air matanya di situ asyik mengalir sahaja. Teringat dosa lampau yang pernah di buat. Ya Allah… banyaknya dosa hamba. Selesai solat berjemaah dengan rakan-rakan di pondok, dia menelefon isterinya. Salam berbalas. “awak sihat?” Aiman duduk di tangga surau papan itu. Syahirah bersuara riang. “Alhamdulillah sihat. Abang tak rindu saya ke? Dah masuk hari kedua baru nak call? Abang tahu tak saya bosan duduk rumah sorang-sorang? Saya dah dua hari tak sembahyang jemaah tau? ” Aiman hanya senyum mendengar coleteh si isteri. “..ha, lagi satu abah kata abang mana ada kerja luar, baik abang cakap abang pergi mana?” tiba-tiba suara Syahirah bertukar sebak. “..saya tahu,saya bukan sapa-sapa dekat abang, tapi tak patut abang tipu saya..” air mata Syahirah mengalir. Aiman terdiam. Syahirah juga diam. Terkejut Aiman tiba-tiba terdengar esakkan. “awak nangis ke?” Diam lagi. “awak, saya…” Syahirah memintas. “tak apa. Saya faham.” Air matanya di seka. “ abang sihat tak?” “Alhamdulillah sihat.” Diam. “Abang jangan lupa sebelum tidur baca surah Al-Mulk” pesan Syahirah. “baik sayang.” Terdiam Syahirah. Aiman senyum je. “lagi?” “er..abang jangan lupa baca doa tidur sebelum tidur..” Aiman ketawa. “next?” “..kalau terjaga pukul dua tiga pagi, solat tahajut..” Aiman hanya mengangguk. “lagi?” “..selalu beristigfar” “okay. Lagi?” “..ingat Allah dalam setiap perbuatan.” “alright, next?” “sentiasa berselawat.” “okay.” “abang ni last.” “apa dia tu?” soal Aiman lembut. “doakan rumah tangga kita sampai syurga.” Aiman senyap sekejap. “sure.” Dari jauh Aiman telah nampak senyuman isterinya di hadapan pintu. Selesai membayar tambang teksi Aiman mengheret bagasi berodanya. Syahirah telah pun keluar menyambutnya siap bertudung. Mereka bersalaman. “Assalammualaikum,awak.” Sapa Aiman. “waalaikumsalam,abang.” Nada ceria. Syahirah bersalaman dengan Aiman. Terpegun juga dia melihat Aiman yang hanya bert-shirt kolar dan berseluar slack serta berkopiah (mungkin Aiman tak perasan). Wajah Aiman seolah ada sinar keimanan. Sangat tenang! Aiman perasan isterinya memerhatikannya. “er,,awak pandang apa?” Syahirah tersentak. “eh, tak.. abang nampak lain.” “apa yang lain?” Aiman memandang dirinya dan baru perasan akan kopiah di kepalanya. “oh..” jawab Aiman dan menarik kopiahnya. “jom masuk.” Mereka beriringan ke ruang tamu. Aiman telah pun duduk di sofa sementara Syahirah pergi membuat air di dapur. Mata Aiman menebar ke seluruh ruang tamu. Kemas dan bersih. Walaupun rumah itu kecil tetapi sangat selesa. Entah. Dulu tinggal dekat villa abah tak pernah rasa selesa dan tenang. “abang nah..” lembut Syahirah menghulurkan gelas itu pada suaminya. Aiman menyambut. “thanks.” “abang, nak tahu tak?”dia duduk bawah melutut depan Aiman yang duduk di sofa itu. “hmm?” Aiman merenung Syahirah. Dia sudah faham dengan sikap Syahirah yang peramah dan banyak cakap ini. Kadang-kadang macam budak-budak. “ada sinetron baru tau.” Berkerut dahi Aiman. “oh, apa benda tu?” “apalah abang ni. itu cerita drama bersiri Indonesia. Tajuknya cinta fitri.” “oh..” gelas di letak di atas meja. “kenapa dengan cerita tu?” “best.” Syahirah senyum hingga nampak lesung pipitnya. Comel! Walaupun penat Aiman masih lagi melayan. “ apa yang best?” “lagu.” Ek.. “oh.. jalan cerita tak best.?” sungguh, ini baru pertama kali dalam hidup Aiman berbual mengenai drama Indonesia. “best jugak tapi sedih.” “kenapa?” “entah. Abang nak dengar lagu tema cerita tu.?” “lagu apa?” “tajuknya Cinta Kita nyanyian Teuku Wisnu dan Shireen Sungkar” Syahirah mengambil mp3nya di almari yang terletak di ruang tamu itu juga. Aiman hanya memerhati. “ .. haa, nah..” dia menghulurkan earphone pada Aiman. “hm, awak ambil satu..” kata Aiman dan menghulurkan sebelah lagi pada isterinya. “..er..kita dengar sesama..” teragap-gagap Aiman. “ok.” Ceria Syahirah menyambut earphone itu. Aiman menarik tangan Syahirah agar duduk di sebelahnya. Mudah untuk dengar mp3 itu. Inilah aku apa adanya Yang ingin membuatmu bahagia Maafkan bila ku tak sempurna Sesempurna cintaku padamu “saya baru download tadi..” Syahirah senyum. Aiman turut senyum. Sungguh dia tak pernah buat benda luar alam untuk melayan lagu dari seberang. Ini cintaku apa adanya Yang ingin selalu di sampingmu Ku tahu semua tiada yg sempurna Di bawah kolong langit ini “Abang kita jadikan lagu kita nak?” Aiman diam seketika. Huh, lagu ni rasa macam nak nangis je Aiman dengar. Tak tahu kenapa. “hmmm.” Jalan kita masih panjang Ku ingin kau selalu disini Biar cinta kita tumbuh harum mewangi Dan dunia menjadi saksinya Untuk apa kita membuang-buang waktu Dengan kata kata perpisahan Kedua-dua mereka melayan perasaan dengan lagu itu. Tanpa di sedari Aiman telah melatakkan tangannya di bahu sofa dan spontan menarik isterinya ke dalam pelukkannya. Khusyuk melayan lagu. Demi cinta kita aku akan menjaga Cinta kita yg telah kita bina Walau hari terus berganti hari lagi Cinta kita abadi selamanya… Aiman tersentak apabila terdengar azan. Pantas dia menarik earphone itu. Dia menoleh ke kiri. Syahirah dah tidur. “eeerr.. awak…” Aiman cuba mengejutkan isterinya lagi. “awak…bangun. Dah azan Asar ni..” Syahirah bangun dengan mengosok matanya. “abang saya ABC la. Abang solat lah..” Aiman pelik. Apa benda pula dia nak ABC ni. “awak, dah Asar. Kalau nak makan ABC jap lagi kita keluar.” Syahirah memandang Aiman. “Allah Bagi Cuti. Sakit perempuan.” Aiman teragak-agak. “oh.. haa. Okay. Saya solat dulu.” Aiman telah pun bangun untuk menuju ke bilik. “abang.” Langkah Aiman mati. Dia menoleh. “doakan rumah tangga kita sampai syurga.” Syahirah senyum dan gaya menadah tangan. “sure.” “abang,saya nak cari buku masak..” Aiman hanya mengangguk dengan tangannya yang ada dua beg kertas barang yang dia beli dan Syahirah beli tadi. “..nanti jumpa abang dekat kaunter lah.” Kata Syahirah lagi dan terus berlalu. Aiman hanya senyum dan menghantar dengan pandangan mata. Aiman berjalan ke buku-buku Islamik. Terdetik hatinya tafsir Al-Quran. Aiman pergi ke kaunter pertanyaan dalam kedai buku itu. “ada boleh saya bantu encik?” “hm, ada tafsir tak? Hmm.tafsir Al-Quran?” “maaf encik tiada stok.” Aiman senyum paksa. “okay. Thanks.” Kenapa tiba-tiba rasa sebak ni. Tiba-tiba, Syahirah datang. “ abang tak beli apa-apa?” “tak. Awak dah jumpa buku?” Syahirah senyum dan menunjukkan buku itu pada Aiman. “tadaaa… nanti kita try dekat rumah ok?” “okay.” Aiman membayar buku itu. Sewaktu mereka telah keluar dari kedai buku itu. Pekerja kedai buku itu berbisik. “wah,romantiknya mereka!” “tahu tak apa. untungkan wanita itu dapat suami yang punya lah handsome dan baik!” “mana kau tahu baik?” “tadi dia nak beli tafsir Al-Quran.” “oh, memang padanlah. Perempuan itu pun alim je.” “sweet kan. Suami dia just pakai t-shirt berkolar dan seluar slack, isterinya just pakai baju kurung dengan tudung labuh. Baju dorang warna match. Jalan pegang tangan” “superb! Romantic!” “kan Allah S.W.T telah berfirman, “Perempuan yang jahat untuk lelaki yang jahat dan lelaki yang jahat untuk perempuan yang jahat, perempuan yang baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk perempuan yang baik.” (an-Nur’:26) “betul-betul.” Aiman sibuk membuat kerjanya di ruang tamu. Lama dia bercuti selepas pergi ke pondok hari itu. Justeru, banyak kerja yang perlu di lakukan. “abang..” sapa Syahirah manja. Aiman senyum. “kenapa?” “nah..” Syahirah menunjukkan sesuatu pada Aiman. Aiman mengambil dan berfikir. “birthday saya rasanya belum lagi..” “abang buka lah dulu. Saya dah ngantok. Jangan tidur lewat-lewat tau. Nanti dah masuk bilik tolong perlahankan air-cond. Nite abang. Assalammualaikum.” Syahirah nampak penat. Mana tidaknya sehari suntuk berjalan. Setelah Syahirah masuk ke bilik. Perlahan-lahan Aiman membuka balutan itu. “subhanaALLAH, tafsir Al-Quran..” terasa macam nak mengalir air mata Aiman. ‘Al-Quran, the love letter from Allah’ – isterimu. Aiman turn off laptopnya. Kertas-kertas yang bertaburan di perkemaskan. Setelah selesai berkemas bahan-bahan kerjanya Aiman mengambil tafsir itu dan masuk ke bilik. Samar-samar. Hanya lampu di sisi katil sahaja yang menyala. Dia lihat Syahirah sudah lena tidur. Mungkin penat sangat. Aiman senyum. Dia meletakkan tafsir itu di atas meja make-up. Seluar di lipat. Aiman menuju ke tandas. Dia perlu melakukan sujud syukur kerana dia memang beriya-iya hendakkan tafsir Al-Quran itu. sewaktu pekerja kedai itu mengatakan sudah habis stok dia seakan kecewa teramat, entah. Tidak tahu kenapa perasaan itu timbul. Sungguhlah kemanisan iman itu sungguh manis. “Aiman!! Kamu nak jadi apa ha ni!” tengking Dato Rahimi merangkap abahnya. Aiman hanya tunduk. Sejak menjadi suami Syahirah dia banyak sangat mendiamkan diri. Dia tak banyak cakap. Selepas pulang dari pondok agama hari dia tak cepat marah atau melenting. “kamu dengar tak ni?! hari tu kamu pergi mana? Kamu buat hal lagi ya? ni akaun syarikat kenapa jatuh teruk ni!” Dato Rahimi mencampak fail itu di meja pejabat Aiman. “abah, ekonomi dekat sini buat masa ini tak stabil..” Dato Rahimi memandang sinis anaknya. “bukan kamu joli kan semua duit tu?” “Abah..” “dah! Abah tak tahu kamu buat macam mana, abah nak kamu settle kan semua bil-bil ni! “ Tercengang Aiman mana dia ada duit banyak tu. “abah, saya tak da duit banyak tu.” “abah tak peduli. Kamu buat apa yang patut!” Dato Rahimi terus keluar dari pejabat itu. Terduduk Aiman. Ya Allah… tiba-tiba telefon Aiman berbunyi. Shahir. Ada apa abang iparnya ini telefon. “Assalammualaikum.” Lemah Aiman menjawab. “waalaikumsalam, weh Aiman. Kau balik rumah kau sekarang.!” “er, kenapa along?” “kau balik je!” Tersentap Aiman tatkala talian di matikan. Tak tahu pula dia yang abang iparnya ini datang Kepala Batas. Ada apa ya? Aiman mengambil briefcasenya. Satu, satu masalah dia dapat. Laju Aiman memandu kereta isterinya itu. Hari ini Syahirah tak kerja cuti sekolah jadi dia pun cuti lah. Syahirah seorang ustazah yang mengajar subjek Sirah. Justeru, Syahirah menyuruhnya membawa kereta dia. “Along.. tolonglah jangan buat kecoh dekat sini..” rayu Syahirah. “eh, kau diam lah dik..” Aiman melangkah masuk ke rumah. “Assalammualaikum.” “hah, sampai pun kau..” Aiman menghulurkan tangan untuk bersalam dengan abang iparnya tetapi lelaki itu tidak melayannya. Aiman menarik kembali tangannya. “kenapa along?” “aku nak bawak Syahirah balik..” Sentap Aiman mendengar. Matanya memandang Syahirah yang telah pun berair mata. “..ta..tapi kenapa?” “kenapa kau tanya? Kau tahu tak? Aku pergi dapur, tak ada makanan langsung! Macam mana kau sara adik aku ha? Lepas tu, aku dengar syarikat kau dah muflis kan?!” herdik Syahir. Sebak Aiman dengar. “along tak boleh buat macam ni..” “apa tak bolehnya! Tak akan kau nak adik aku sara kau pulak! Aku ingatkan abi kahwinkan kau dengan dia kau dah berubah rupanya hampeh je.” “along,kenapa along cakap macam tu?” Syahirah yang tadi berair mata membela Aiman. “kau diam. Dah sekarang aku nak bawa dia balik dekat rumah keluarga kami!” Syahir menarik tangan Syahirah. Syahirah sedaya upaya menarik kembali tangannya. “saya tak akan pergi! Tempat seorang isteri di sisi suami!” “hoi, Aiman. Baik kau izinkan. Tak akan kau nak biar isteri kau ni mati kebulur.!” Marah Syahir lagi. Ya Allah, tabahkan hati hamba. Habis satu masalah di pejabat sekarang masalah isterinya pula. Betul juga apa yang abang iparnya cakap. Dia nak bagi makan apa dekat isterinya ini. Memang kali ini dia muflis tersangat! “abang..tolong…” sayu Syahirah meminta pertolongan Aiman. “saya izin..” sebak. “..saya izinkan awak balik.” Terus Syahir menarik adiknya keluar. Air mata Aiman jatuh juga. Mata di pejam. “abang….” Teriak Syahirah sayu sempat menoleh Aiman yang membelakanginya. Aiman terduduk. Ya Allah beratnya dugaan-MU Aiman baru selesai solat Maghrib. Sayu hatinya melihat rumahnya itu sunyi. Memang dia tidak ke surau. Rasa nak demam je. Puas dia memikirkan macam mana nak dapat duit nak selesaikan bil-bil nya. Sedang dia termenung di atas sejadah itu telefonnya berbunyi. Terus button hijau di tekan tanpa melihat nama pemanggil. Aiman terkejut mendengar esakkan di talian itu. “awak..” Esakkan itu masih lagi berbunyi. “Ira..awak..” “sampai.. sampai hati abang..” Aiman senyap. “saya buat macam ni agar awak senang…” “tak ada istilah senang kalau saya kene tinggalkan abang sorang- sorang lalui kepayahan.” “awak tak faham..” sayu Aiman jawab. Suara serak Syahirah berbicara lagi. “abang… biarlah susah senang kita bersama.” Aiman senyap. “abang,tolong lah abang. Saya nak jadi isteri yang solehah.” Aiman masih lagi senyap. Air matanya mengalir. Terharu dengan kata-kata isterinya. Di saat semua orang menyalahkannya tapi Syahirah tidak. “abang…tolong jangan senyap macam ni.. saya bersalah sangat ni..” “sayang tak perlu rasa bersalah.” Terdiam Syahirah. Ya Allah…. “abang, cuba tengok kertas yang saya tampal dekat meja study saya itu..” Aiman bangun dan menuju ke meja tempat isterinya melakukan kerja- kerja. “cuba abang baca..” Rasulullah saw. bersabda: “Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada Mukmin yang lemah. Segala sesuatunya lebih baik. Tampakanlah terhadap hal-hal yang bermanfaat bagimu dan minta tolonglah kepada Allah dan janganlah engkau menjadi tak berdaya.” (Muslim) Aiman beristigfar. Mata di pejamkan seketika. “sayang..abang betul-betul tak kuat..” buat pertama kalinya kalimah abang itu terluah juga. “abang, tolonglah. Saya nak berada di samping abang saat susah dan senang.” “tapi abang tak kuat nak berhadapan dengan along dan semua orang.” “abang, along hanya insan biasa. Abang ada kuasa untuk membawa saya kembali.…” Aiman hanya diam. “istikharahlah abang, minta petunjuk-NYA…. Assalammualaikum.” Syahirah dah tak sanggup nak berbicara lagi. Talian di matikan. Aiman menarik nafasnya. YA ALLAH…… lagu untuk entry ini, click lah =) Nasihat Nabi s.a.w kepada Ali r.a Wahai Ali, bagi orang ‘ALIM itu ada 3 tanda-tandanya: 1) Jujur dalam berkata-kata. 2) Menjauhi segala yang haram. 3) Merendahkan diri. Wahai Ali, bagi orang yang JUJUR itu ada 3 tanda-tandanya: 1) Merahsiakan ibadahnya 2) Merahsiakan sedekahnya. 3) Merahsiakan ujian yang menimpanya. Wahai Ali, bagi orang yang TAKWA itu ada 3 tanda-tandanya: 1) Takut berlaku dusta dan keji. 2) Menjauhi kejahatan. 3) Memohon yang halal kerana takut jatuh dalam keharaman. Wahai Ali, bagi AHLI IBADAH itu ada 3 tanda-tandanya: 1) Mengawasi dirinya. 2) Menghisab dirinya. 3) Memperbanyakkan ibadah kepada Allah s.w.t. “Assalammualaikum..” Aiman menoleh. “waalaikumsalam, eh ustaz.” Mereka bersalaman. Ustaz itu senyum. “baca artikel apa itu?” “Nasihat Rasulullah pada Ali.” “oh, Alhamdulillah. Dari tadi ustaz nampak kamu duduk sini. Tak balik?” Aiman senyum. “tenang duduk dekat masjid ni.” “dari Subuh tadi. Dah nak masuk Maghrib ni, isteri kamu tak ikut?” Aiman sentap. “hm,dia balik kampung.” “oh..eh, ustaz nak pergi toilet sekejap. Kamu bacalah buku ini dulu.” Aiman menyambut lembut buku nota kecil itu. Tangannya menyelak muka surat pertama. Yakin pada Allah bukanlah mengharap terkabulnya segala harapan, Yakin pada Allah adalah meletakkan keredhaan pada ketentuan-Nya, Rasa bahagia dengan ujian walaupun perit, Air mata yg menitis terasa bernilai buat menyiram api neraka, Indahnya tarbiah Allah,tersiram rahmat dan hikmah, Diuji kita sebagai tanda sayang-Nya…. Terkedu Aiman. Ya Allah… Telah dua hari dia tidak berjumpa dengan isterinya. Tipu kalau dia kata dia tak rindu pada wanita yang banyak mengubah hidupnya itu. Memang perit sangat dia rasa. Urusan syarikat pula berkerja keras dia agar dapat projek untuk membayar semua bil-bil syarikatnya. Abah memang dah tak nak tolongnya. Yelah, dulu banyak kali abah tolong, tapi dia yang mensia-siakan. Tapi itu dulu… sekarang lain… Assalammualaikum, abang dah makan? – Syahirah. Aiman membaca message itu dan senyum. Dia tahu Syahirah tidak mahu bercakap voice to voice dengannya. Merajuk tapi still tanya khabar melalui pesanan ringkas (sms). Comel je isterinya itu merajuk. Waalaikumussalam, Alhamdulillah sudah. – Aiman Lepas beberapa minit. Syarikat abang dah okay? – Syahirah. Doakanlah ada projek yang masuk. – Aiman Solat Dhuha lah abang. Solat itu membuka rezeki. insyaALLAH, kalau kita sabar berdoa dan berusaha Allah akan tolong. – Syahirah. Aiman senyum membaca message itu. insyaALLAH. – Aiman. “Assalammualaikum, abi.” Aiman menelefon ayah mertuanya, Haji Amran. “waalaikumsalam. Aiman, kenapa ni?” nada risau. “abi,saya… saya..” tak terluah oleh kata-kata. “Aiman, abi faham. Sekarang kamu buka email kamu. Abi ada hantar satu video. Kamu hayati dan kamu fikir lah baik-baik. Bersabar ya Aiman.” “terima kasih abi.” Selepas salam berbalas. Talian di matikan. Syukur,abinya seorang yang memahami. Aiman membuka emailnya. Abinya agak moden kerana seorang dekan di sebuah university terkemuka di tanah air. Wajarlah, alongnya tak mahu adiknya Syahirah itu hidup melarat. Matanya tertala pada email versi video itu. kamu hayati dan kamu renung2kan lah. Kesian, abi tengok Syahirah. Dia sangat memerlukan kamu. Air matanya jatuh lagi saat melihat video itu. Sungguh, dia hampir melepaskan tanggungjawabnya sebagai seorang suami. Astarfiruallahalazim. Erat Syahirah memeluk suaminya saat Aiman masuk ke dalam rumah abinya tadi. Haji Amran hanya senyum melihat mereka. “abang please.. jangan tinggalkan saya lagi..” esak Syahirah. Aiman yang terkedu itu mengesat air mata Syahirah. “shhtt, abang dah datang ni. jangan nangis lagi ya.” mata mereka bertentangan. Syahirah mengangguk dan memandang abi dan uminya. “jaga dia baik-baik Aiman.” Pesan Hj. Amran. “terima kasih abi, umi..” sayu sahaja Aiman bercakap. Teringat nasihat abinya itu. Mujur alongnya ada conference dekat Seoul,Korea. Tak perlu dia berdebat dengan alongnya itu. Terima kasih Ya Allah, KAU permudahkan urusan ini. “kami balik dulu abi, umi.” Aiman bersalaman dengan kedua mertuanya itu di turuti Syahirah. “Assalammualaikum.” “waalaikumsalam.” “saya sayang abang.” Luah Syahirah sewaktu mereka dalam kereta perjalanan untuk pulang ke rumah. Aiman yang tengah memandu itu senyum. “saya pun sayang awak juga.” Syahirah senyum senang. “Ira…” panggil Aiman. “ya?” Syahirah memandang suaminya yang tengah memandu itu. Aiman diam sekejap. “thanks.” “thanks untuk apa?” “sebab awak saya dah banyak berubah.” Syahirah ketawa kecil. “bukan saya lah tapi Allah. Allah yang ketuk pintu hati abang.” “tapi kalau abang tak jumpa inspirasi hati abang ni, abang tak berubah..” kata Aiman. Syahirah senyum. “saya hanya pengantara je. Semua itu telah tertulis di Luh Mahfuz.” Aiman mengangguk dengan mata yang masih lagi focus memandu. “thanks lagi sekali.” Dahi Syahirah berkerut. “untuk apa pula?” “settlekan bil-bil syarikat tu..” “kita suami isteri kene saling membantu.” “mana Ira dapat wang banyak macam itu?” Syahirah senyap. Sebenarnya itu wang yang di kumpul sebelum kahwin lagi untuk dia menunaikan haji dan untuk kos perubatan barah hatinya yang dia rahsiakan daripada abi,umi dan along . Dia bersyukur Allah beri penyakit itu, dia rasa beruntung kerana dia akan sentiasa mengingati mati dan bertaubat atas setiap kesalahannya. Biarlah,hanya dia dan Allah yang tahu derita bahagia ini. Aiman memandang Syahirah sekilas. “sayang..mana awak dapat wang banyak macam itu?” Syahirah terkelu. “hm,rezeki Allah.” “dari mana? Tak akan turun dari langit kot?” soal Aiman lembut. “abang, jom kita makan dekat restoran tu, lapar pula rasanya.” Syahirah menunjuk ke arah sebuah retoran di sebelah kiri itu. Aiman terus lupa apa yang dia soal tadi. Kereta di belokkan. Sewaktu makan di restoran itu mereka bertukar cerita dan ketawa. Tiba-tiba , Syahirah terbatuk. Aiman terkejut. Syahirah terkejut tangannya berdarah selepas dia menutup mulut tadi. Aiman terus menerpa ke arahnya. “awak.” Terkelu lidah Aiman sewaktu melihat darah itu. Syahirah senyum. “biasalah ni, panas tu yang berdarah tekak tu.” “kita pergi klinik.” Syahirah dah pening. “tak apa. Ni panas ni. Dah biasa.” “no… nampak serious ni.” ujar Aiman yang melutut di sisi Syahirah yang duduk di kerusi itu. Syahirah ketawa perlahan yang di buat-buat. “abang ni, panas je lah ni. saya nak pergi toilet jap.” Sedaya upaya Syahirah cuba melangkah. Kepalanya tiba-tiba berdenyut. Sakitnya Ya Allah. Aiman tak tahu nak buat apa. Hanya dengan pandangan dia menghantar isterinya itu. Sebak tiba-tiba hatinya. Ya Allah, semoga semuanya baik-baik sahaja. “abang, bangun..” Syahirah menggerakkan Aiman di sebelahnya. “..Encik Aiman, bangun..” kejut Syahirah lagi. Kenapa tak bergerak ni. Kuat Syahirah menggerakkan Aiman lagi. “abang….abang.. bangun…” Aiman membuka matanya perlahan-lahan. “hmm, kenapa sayang?” “abang,jom buat qiamullai berjemaah. Kita tak pernah qiamullai berjemaah.” Aiman duduk menghadap Syahirah. “dah pukul berapa?” “hmm, 4.30 pagi.” “jom.” Ajak Aiman. Kini, dia telah yakin untuk menjadi imam tidak sia-sia dia ke pondok agama hari itu. “..sayang ambil wudhuk dulu..” “okay.” Sebelum turun dari katil sempat Syahirah mencium pipi Aiman. Terkejut juga Aiman. “mimpi ke reliti ni?” seloroh Aiman dan memegang pipinya yang di cium tadi. Syahirah hanya ketawa halus dan masuk ke bilik air. Selesai berqiamullai dan membaca doa Aiman bersalaman dengan Syahirah. “abang,saya nak minta maaf kalau saya ada terkasar bahasa dan menyakitkan hati abang.” Seperti biasa Syahirah akan sentiasa memohon kemaafan pada suaminya selepas solat. “..halalkan semua makan minum.” Aiman menarik Syahirah dalam pelukkannya. “abang pun nak minta maaf tersalah kata dan menyakitkan hati awak. Abang, minta halal juga semuanya ya.” dahi isterinya di cium. “Allah makbulkan doa saya untuk dapat suami yang soleh.” Kata Syahirah dan senyum. Aiman hanya senyum. “hm, nak ikut abang Subuh dekat surau tak?” Syahirah geleng. “boleh ea abang. Saya nak sembahyang dekat rumah je. Letihlah.” Aiman mengangguk. “oklah. Nanti abang belikan sarapan.” “okay, saaaaayang abang !” lirih Syahirah dan senyum. “sayang awak juga.” Aiman memasukkan keretanya ke dalam porch rumah selepas pulang dari surau. Sebelum keluar dia mengambil plastik yang mengandungi dua bungkus nasi lemak. Aiman keluar dari kereta. PRRRANGGGGG!!!!!!!! Terkejut Aiman mendengar pinggan pecah. Terus dia berlari masuk ke rumah. Aiman ternampak kelibat dua orang berbaju hitam dan bertopeng. Pantas dia cuba mengejar dua makhluk yang pecah masuk rumahnya itu. Dia berlari ke dapur. Terkejut Aiman sewaktu dia ke dapur. Darah berlimpahan. Isterinya. “Sayang !!!!” jerit Aiman melihat Syahirah yang menahan sakit akibat di tikam dengan pisau. Aiman cuba mencari dua orang kelibat tadi, tapi malangnya ada orang telah menerkup mulutnya dengan kain yang mengandungi bahan kimia yang membuatkan Aiman tidak bernafas dan pengsan. ********** Aiman terpisat-pisat bangun. Kepalanya seakan sakit. Sewaktu mata terbuka dia terdengar suara orang yang hendak masuk ke rumah. Matanya beralih ke kiri. Ya Allah. “sayang..” Aiman memangku Syahirah yang lemah itu. Entah macam mana dia boleh memegang pisau. Aiman mencampakkan pisau itu. “ha, ini tuan yang membunuhnya!” terkejut Aiman tatkala anggota polis masuk ke dalam rumahnya. “bukan saya.” “dah bawak dia. Cuba periksa nadi mangsa.” Tangan Aiman bergari. “bukan saya!..” Aiman terkejut melihat abahnya juga turut di disitu. “Abah! Bukan Aiman!!! Abah!!” anggota polis itu membawa Aiman keluar rumah. Abahnya hanya menggeleng dengan air mata berlinangan. “kalau kamu tak suka dia pun janganlah sampai macam ni…” sayu abahnya berbicara. “bukan Aiman bah!!” Sewaktu keluar. Memang dah ramai orang di luar rumahnya. Aiman memandang abi,umi dan alongnya. “abi, bukan saya, umi!!” meronta-ronta Aiman. “sedangkan orang gila tak mengaku dia gila, inikan kau yang waras nak mengaku kau bunuh adik aku!” herdik abang iparnya yang mata merah mungkin sebab menangis. Aiman cuba meronta. “bukan saya! Abi!! Umi!! Percaya saya..” “cepat bawa dia!” arah alongnya. Ya Allah dugaan apa yang KAU berikan ini. Ya Allah izinkan hamba dapat berjumpa dengan isteri hamba. Ya Allah…………. Semoga dia selamat. Air mata Aiman jatuh tika pandangan rumahnya makin hilang. Sayang… Bantu hamba Ya Allah……… Haji Amran melawat menantunya di penjara. “abi..percayalah saya..” Haji Amran senyum. “sabar Aiman, kebenaran akan terungkap, bersabarlah..” “abi, macam mana keadaan Syahirah?” Haji Amran senyap. Air matanya bergenang. Sebak dadanya. “abi kenapa dengan isteri saya?” Haji Amran hanya senyap dan senyum terpaksa. “bersabarlah Aiman, berdoa banyak-banyak. Doa itu senjata muslim gunakan sebaik- baiknya.” Haji Amran bangun dari kerusi itu. “abi,jawab saya abi. Syahirah macam mana?” mengalir air mata Aiman tatkala ayah mertuanya tidak menjawab soalan. “abi,kene pergi dah ni. banyak-banyakkan bersabar. Ingat Allah sentiasa. Assalammualaikum.” Haji Amran terus keluar dari bilik itu. Lemah lutut Aiman mendengar kata-kata abinya itu. Ya Allah, hamba tak kuat….. “abang, cuba tengok kertas yang saya tampal dekat meja study saya itu..” Aiman bangun dan menuju ke meja tempat isterinya melakukan kerja- kerja. “cuba abang baca..” Rasulullah saw. bersabda: “Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada Mukmin yang lemah. Segala sesuatunya lebih baik. Tampakanlah terhadap hal-hal yang bermanfaat bagimu dan minta tolonglah kepada Allah dan janganlah engkau menjadi tak berdaya.” (Muslim) “Encik,saya nak sejadah dan tafsir Al-Quran..” kata Aiman pada warden yang menjaganya itu. Alhamdulillah,sepanjang dia di penjara itu. warden-warden di ditu berlembut dengannya. Terima kasih Ya Allah, KAU melindungi aku. Aiman membuat solat sunnat. Selepas itu dia membaca Al-Quran. ‘Al-Quran, the love letter from Allah’ – isterimu. Air matanya terus mengalir sewaktu membaca ayat-ayat suci itu. Basah tafsir itu dengan air matanya. Allah… Belajar DIAM dari banyaknya BICARA Belajar SABAR dari sebuah KEMARAHAN Belajar KESUSAHAN dari hidup SENANG Belajar MENANGIS dari suatu KEBAHAGIAN Belajar KEIKHLASAN dari KEPEDIHAN Belajar TAWAKKAL dari UJIAN Belajar REDHA dari satu KETENTUAN.. “Alhamdulillah.” Berulang-ulang ayat itu keluar dari mulutnya. Haji Amran hanya senyum melihat wajah menantunya itu. “bebas juga saya abi..” kata Aiman. “Alhamdulillah, Allah tunjuk kekuasaanNYA dengan anggota polis yang menemui kain yang menerkup kamu itu dan dompet perompak yang tercicir itu.” Aiman senyum. Terima kasih Ya Allah. “abi,jom jumpa Syahirah.” Bicara Aiman ceria. Haji Amran tersentak. Dia hanya mengangguk. Aiman duduk di bahagian sebelah memandu. Abahnya telah berangkat ke umrah, sebagai tanda bersyukur Aiman tak bersalah. Aiman hanya senyum sepanjang jalan. Tak sabar hendak bertemu isterinya. Rindu. Hampir sebulan dia tak bertemu. Haji Amran berhenti di hospital. Aiman terkejut. “abi, kenapa di sini?” “turun dulu Aiman. Jom.” Ajak Haji Amran. Aiman hanya menuruti. Sewaktu tiba di depan wad Aiman terkejut melihat ramai orang. Dia merenung dari luar sebuah bilik itu. Dia nampak abang iparnya dah duduk menangis. Dia nampak uminya tengah menangis. Dia nampak doctor. Perlahan Aiman melangkah ke arah bilik itu. “maaf, dia tak dapat di selamatkan.” Lemah lutut Aiman dengar. Bukan. Salah ni. Aiman menghampiri katil itu. “barah hatinya dah kriktikal, effect. Dia tak dapat nak survive. Bersabarlah.” Kaki Aiman hampir di tepi katil itu. Ya Allah… Air matanya cuba di tahan. Sakit! Dia lihat Syahirah baring tenang di atas katil itu. Aiman mengangkat sedikit kepala isterinya itu dan di kucup dahi isterinya lembut. Selepas itu, kakinya sangat lemah. Ya Allah beratnya ujian ni.. “TAK!!!!!” jerit Aiman dan terduduk. Dia menangis. Haji Amran menenangkan menantunya itu. “sabar Aiman…bawa mengucap.” “bukan Ira abi..bukan dia…” tangis Aiman. Haji Amran mengusap bahu Aiman. “dah di tentukan ajalnya..” sebak Haji Amran “tak…tak…bukan dia..” sayu Aiman mengungkap. Sekali lagi dia memandang wajah jenazah isterinya itu. Sakit. Ya Allah sakitnya rasa ini. Sakit sangat! Kenapa Ya Allah. Syahirah………. Air mata lelakinya deras mengalir. video cinta kita – click sini =) “lagu apa?” “tajuknya Cinta Kita nyanyian Teuku Wisnu dan Shireen Sungkar” Syahirah mengambil mp3nya di almari yang terletak di ruang tamu itu juga. Aiman hanya memerhati. “ .. haa, nah..” dia menghulurkan earphone pada Aiman. “hm, awak ambil satu..” kata Aiman dan menghulurkan sebelah lagi pada isterinya. “..er..kita dengar sesama..” teragap-gagap Aiman. “ok.” Ceria Syahirah menyambut earphone itu. Aiman menarik tangan Syahirah agar duduk di sebelahnya. Mudah untuk dengar mp3 itu. “Abang kita jadikan lagu kita nak?” Aiman diam seketika. Huh, lagu ni rasa macam nak nangis je Aiman dengar. Tak tahu kenapa. “hmmm.” kenapa harus begini….. Aiman menutup buku agama yang di bacanya itu. Buku itu di letak di sisi katil. Pelipisnya di gosok. Ya Allah. Sedar tak sedar hampir masuk setahun setengah Syahirah pergi menemui Ilahi. Sungguh, hampir 5 bulan dia cuba kembali ke reality. Abah dan abinya puas meredhakan hatinya. Puas mereka menghantarnya berubat. Waktu itu, hanya tuhan sahaja yang tahu bertapa sedihnya dia kehilangan orang yang di sayangi dalam sekelip mata. Benarlah, ajal maut ketentuan tuhan. Akhirnya, dia akur. Setiap hari tak pernah dia lupa untuk membacakan Yassin untuk isterinya. Isterinya yang solehah. Inspirasi Hatinya. Aiman turun dari katil dan keluar dari biliknya. Kini, dia kembali tinggal bersama abah dan mamanya di villa mereka. “Aiman, nak pergi mana?” Dia senyum. “ma..” Aiman menghampiri mamanya dan di cium tangan wanita itu. “nak keluar.” “pergi mana malam-malam ni?” soal abahnya pula. Aiman bersalaman dengan abahnya pula. “hm, pergi masjid. Aiman pergi dulu. Assalammualaikum.” “waalaikumsalam.” Aiman meletakkan kereta sportnya di hadapan masjid itu. Senyumnya terukir. Dia keluar dari kereta. Kaki melangkah masuk di pintu utama masjid. Setelah berwudhuk. Aiman melakukan solat sunnat masuk masjid. Setelah itu dia melakukan solat sunnat taubat dan solat sunnat yang lain. Selesai melakukan solat dia membaca Al-Quran pula. “Assalammualaikum.” Sapa seorang lelaki separuh umur. Aiman memberhentikan bacaannya. “waalaikumsalam.” “anak musafir ke? Dah lewat malam ni.” Aiman senyum. Dia tahu dah hampir 12 tengah malam. “saya ingat nak tidur sinilah pak cik.” “oh, kalau begitu pak cik balik dulu lah ya.” Aiman mengangguk. Setelah hampir satu juzuk Aiman baca matanya sudah mahu terlelap. Aiman menyimpan semula Al-Quran itu ke rak. Sejadah di ambil untuk di jadikan bantal. Aiman membaringkan badannya. “Abang jangan lupa sebelum tidur baca surah Al-Mulk” pesan Syahirah. “baik sayang.” Terdiam Syahirah. Aiman senyum je. “lagi?” “er..abang jangan lupa baca doa tidur sebelum tidur..” Aiman menadah tangannya untuk membaca doa tidur. Ya Allah, rindunya hamba pada dia. Air mata Aiman mengalir. Dia baring mengiring ke kanan. Mata cuba di lelapkan. Tiba-tiba, mata Aiman terpandang seseorang. Sayang. Aiman bangun. Dia menghampiri Syahirah yang senyum memandangnya dengan siap bertelekung. “sayang..” Aiman menggenggam tangan Syahirah. “jangan tinggal abang lagi.” Tangan itu di kucup. Syahirah hanya senyum dan menarik tangan Aiman agar mengikutinya. Lemah lutut Dato Rahimi dan isterinya sewaktu mendapat berita itu. Cepat mereka bergegas ke masjid yang di katakan pemanggil itu. “tu lah Dato. Malam tadi saya jumpa dia sebelum arwah meninggal. Dia kata nak tidur masjid. Saya ya kan je lah. Tak tahu pula saya yang ajalnya dah makin tiba.” Sebak Dato Rahimi mendengar. “terkejut saya pagi tadi melihat dia tidur. Saya kejutkan dia untuk bangun Subuh tapi tak bergerak-gerak, tu saya suruh orang check nadi dia. Dia menemui Ilahi.” Mengalir air mata isteri Dato Rahimi. Ya Allah, semoga roh anak kandung dan menantunya di bawah rahmat-MU. Al-Fatihah. Assalammualaikum – alhamdulillah tamat juga. Kadang-kadang dalam hidup ini tak semua benda kita boleh dapat. Apa yang kita rancang terkadang tak sama dengan apa yang kita akan dapat. Untuk kisah ini, bagi Aiman satu pengakhiran yang baik sebab dia sempat mendekati dirinya dengan ALLAH, dia juga dalam keadaan yang bersih. Bagi kita? wallahualam, hidup mati ini tak tentu bila tapi ingatlah. Ianya pasti. Permulaan hidup kita sangat indah di azan atau di iqamatkan. Ayat pertama yang kita dengar. Alangkah indahnya jikalau akhir hayat kita juga di akhiri dengan kalimah yang indah. Mari kita berusaha menjadi hamba yang baik. Ingat mati itu pasti syurga atau neraka yang menanti. wallahua'lam...

Nuffnang ads